Menakar Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental
Oleh: [Nama Penulis/Redaksi]
Di era digital seperti sekarang, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dari bangun tidur hingga menjelang tidur kembali, mayoritas orang — terutama generasi muda — tidak lepas dari layar gawai mereka. Facebook, Instagram, TikTok, X (dulu Twitter), hingga platform berbasis pesan seperti WhatsApp, menjadi ruang virtual yang sangat aktif. Namun, di balik kemudahan akses informasi dan konektivitas global, judi online terpercaya media sosial juga membawa dampak yang tidak bisa di abaikan, khususnya terhadap kesehatan mental.
Menakar Dampak Antara Manfaat dan Risiko
Tidak bisa di pungkiri, media sosial memiliki banyak manfaat. Ia menjadi alat komunikasi cepat, media promosi bisnis, hingga ruang berekspresi bagi individu. Namun, jika tidak di gunakan secara bijak, platform ini justru bisa menjadi “bumerang” bagi kondisi psikologis seseorang.
Sebuah laporan dari American Psychological Association (APA) menyebutkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan berkorelasi dengan meningkatnya tingkat stres, kecemasan, dan bahkan depresi — terutama pada remaja dan dewasa muda.
Fenomena FOMO dan Perbandingan Sosial
Salah satu penyebab utama gangguan mental akibat media sosial adalah FOMO (Fear of Missing Out). Pengguna merasa cemas atau iri karena melihat kehidupan orang lain tampak lebih menarik, sukses, atau bahagia. Foto liburan mewah, pencapaian karier, hingga kisah asmara sempurna yang di bagikan secara visual sering kali membuat orang membandingkan diri mereka secara tidak realistis.
“Padahal yang kita lihat di media sosial hanyalah potongan terbaik dari hidup seseorang, bukan keseluruhan cerita,” kata Dr. Nurul Aini, seorang psikolog klinis di Jakarta.
Menakar Dampak pada Tidur dan Konsentrasi
Penggunaan gawai sebelum tidur juga berdampak negatif pada kualitas tidur. Cahaya biru dari layar gadget menekan produksi melatonin, hormon yang membantu tubuh untuk tidur. Selain itu, notifikasi yang tak berhenti bisa mengganggu konsentrasi dan menciptakan rasa gelisah terus-menerus.
Media Sosial dan Kesehatan Mental Remaja
Kekhawatiran terbesar datang dari kelompok usia remaja. Pada fase ini, judi online individu sedang mencari jati diri dan sangat rentan terhadap pengaruh luar. Paparan konten negatif, cyberbullying, hingga tekanan untuk “terlihat sempurna” bisa sangat memengaruhi kepercayaan diri mereka.
Sebuah studi oleh UNICEF di Indonesia menunjukkan bahwa satu dari lima remaja merasa stres atau cemas karena tekanan di media sosial.
Langkah Bijak Menghadapi Era Digital
Meskipun tidak mungkin menghindari media sosial sepenuhnya, ada beberapa langkah sederhana yang bisa di lakukan untuk menjaga kesehatan mental:
- Batasi waktu layar – Gunakan fitur pengatur waktu aplikasi untuk mengontrol durasi penggunaan.
- Kurasi konten yang di ikuti – Ikuti akun yang memberi energi positif dan edukatif.
- Lakukan detoks digital – Istirahat dari media sosial secara berkala untuk memulihkan fokus dan keseimbangan emosional.
- Jaga interaksi di dunia nyata – Bertemu langsung dengan teman dan keluarga tetap penting untuk kesehatan sosial dan emosional.
Kesimpulan
Media sosial sejatinya adalah alat — ia bisa menjadi jembatan atau jebakan, tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Kesadaran akan dampaknya terhadap kesehatan mental menjadi langkah awal yang penting. Di tengah derasnya arus digital, menjaga kewarasan dan kesehatan mental adalah bentuk self-care yang tak kalah penting.